Sabtu, 19 Februari 2011

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

  1. Pendahuluan
Model pembelajaran merupakan suatu pola/rencana yang dilakukan untuk mengorganisir unsur-unsur (komponen-komponen) pembelajaran. Model pembelajaran dalam penerapannya, secara umum bercirikan lima hal : sintaksis, hubungan guru-murid (prinsip reaksi guru), system sosial, penunjang (sistem pendukung), dan dampak instruksional (efek pengajaran / pengiring).
Proses belajar mestinya berjalan menyenangkan untuk anak-anak didik. Ini adalah hal yang sesungguhnya sangat mendasar dari sebuah proses belajar. Quantum Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang model pembelajaran Quantum Learning yaitu pengertian, prinsip-prinsip serta kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini.

  1. Pengertian Quantum Learning
Quantum ialah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum Learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di dalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. [1]
            Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria.
Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.
Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.[2]
Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.”[3]
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat).[4]
Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses
berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni,
kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.
Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.
Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”
Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.
Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat
juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.
Quantum Learning merupakan pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Dan juga menyertakan segala kaitan,interakasi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Dengan demikian, Quantum Learning berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.
Quantum learning merupakan penerapan cara belajar baru yang lebih melihat kemampuan siswa berdasarkan kelebihan atau kecerdasan yang dimilikinya. Quantum berarti percepatan atau lompatan. Kerangka pemikiran yang dibangun oleh ciri pembelajaran quantum learning ini adalah adanya sikap positif yang dibangun dalam diri siswa, dengan meyakinkan siswa bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan pikiran yang tidak terbatas. Ada yang beranggapan bahwa otak kita sama dengan otak Einstein. Dengan mempercayai kekuatan pikiran, kita dapat mengetahui dalil tentang otak, bahwa otak harus dilatih dan tidak masalah jika harus digunakan secara terus menerus. Kita hanya tinggal memilih saja, ingin memanfaatkan organ yang paling penting dalam hidup ini atau mengabaikannya sehingga menjadi tidak berguna.
Dalam quantum learning guru sebagai pengajar tidak hanya memberikan bahan ajar, tetapi juga memberikan motivasi kepada siswanya, sehingga siswa merasa bersemangat dan timbul kepercayaan dirinya untuk belajar lebih giat dan dapat melakukan hal-hal positif sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimilikinya. Cara belajar yang diberikan kepada siswa pun harus menarik dan bervariasi, sehingga siswa tidak merasa jenuh untuk menerima materi pelajaran. Disamping itu, lingkungan belajar yang nyaman juga dapat membuat suasana kelas menjadi kondusif. Siswa dapat menangkap materi yang diajarkan dengan mudah karena lebih mudah untuk fokus kepada penyampaian guru. Pembelajaran pada quantum learning menuntut setiap siswa untuk bisa membaca secara cepat dan membuat ringkasan berupa catatan terserah senyamannya cara mereka meringkasnya bagaimana.
Saat kita belajar adalah saat yang harus dibangun sebagai sesuatu yang menyenangkan. Maksudnya yaitu ada manfaat yang kita dapat dari hasil belajar. Ketika kita merasa bahwa ada manfaat yang kita dapat dari belajar, maka dapat dikatakan proses belajar yang telah kita jalani memperoleh keberhasilan. Bagaimana proses belajar yang baik? Proses belajar yang baik harus dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan, oleh karena itu guru harus mencari cara terbaik untuk membuat siswa merasa nyaman dan bersahabat ketika melakukan kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa fase belajar yang dominan dalam hidup kita yang menunjukan masa-masa dimana belajar merupakan suatu kebutuhan dan paksaan bagi kita. Masa-masa awal belajar dimulai pada umur satu tahun, fase dimana kita mau tidak mau belajar untuk berjalan. Umur dua tahun yaitu fase belajar berkomunikasi karena keinginan dalam diri untuk bisa berbicara dengan orang lain. Pada umur lima tahun, kita sudah mulai tahu sekitar 90% kata-kata yang kita dengar dari orang lain. Enam tahun, fase kita belajar membaca dan masa-masa penurunan semangat belajar adalah ketika umur tujuh tahu, fase dimana kita mulai menganggap belajar sebagai sesuatu yang menyebalkan dan menakutkan. Oleh sebab itu pada masa ini peran orangtua dan guru sangat dibutuhkan.
Sebagai tambahan saja, dalam sehari diperkirakan seorang anak menerima sekitar 460 komentar negatif dan hanya 75 komentar positif. Hal inilah yang merupakan kesalahan dari orang-orang terdekat si anak, karena pujian dan motivasi kurang diberikan kepada anak. Anak akan merasa down karena merasa kurangnya dukungan dari orang sekitar. Padahal kalau kita telaah, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbagai macam beserta kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada salahnya untuk memberikan dukungan kepada anak. Karena rasa percaya diri yang diperolehnya seorang anak dapat mengembangkan minat dan bakatnya melalui kecerdasan yang dimilikinya. Macam-macam kecerdasan yang dimaksud tadi diantaranya yaitu : kecerdasan linguistik (kecerdasan berbahasa), logika-matematik, visual atau spasial (mampu mengaitan dan menghubungkan suatu hal secara analiti), kinestetik (gerak sensor motorik), musikal, intrapersonal (mampu mengendalikan emosi dan tahu jati dirinya), dan yang terakhir yaitu interpersonal (bisa berkomunikasi dengan baik dan senang bersosialisasi dengan orang lain).
Otak manusia tumbuh karena adanya stimulus yang berasal dari sensor motorik yang memberikan kontak dengan lingkungan. Selain itu juga adanya sensor emosional-kognitif yang memberikan stimulus misalnya berupa bermain, meniru, mendongeng dalam diri anak. Sedangkan setiap manusia akan mencapai tahap yang lebih tinggi dalam tingkat kecerdasannya sesuai dengan perkembangan otak dan keingintahuannya, yaitu tahap pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli selama bertahun-tahun dipercayai otak manusia terdiri dari dua bagian yaitu otak kanan dan dan kiri yang mempunyai kemampuan berbeda-beda. Pada otak kiri terdapat bermacam-macam kemampuan, yaitu kemampuan untuk berpikir logis, sekuensial, linear, rasinal (beralasan), konvergen, dan vertikal. Sedangkan otak kanan mempunyai kemampuan berpikir secara acak, tidak teratur (fokus berpindah-pindah), mempunyai sifat yang intuitif artinya pemanfaatan fakta yang ada dikembangkan menjadi lebih imajinatif, berpikir secara holistic atau menyeluruh dan terkait, dan pemikirannya divergen dan lateral.
Pendayagunaan otak sangat berpengaruh terhadap tipe belajar yang ditunjukkan oleh seorang anak. Hal itu dapat dilihat dari seberapa aktif dan pasif-kah partisipasi seorang anak dalam menikmati kegiatan belajar yang dilakukannya. Perbedaan yang mencolok diantara keduanya yaitu, pada tipe anak yang belajar aktif, ia akan belajar apa saja dari setiap situasi yang ada, memanfaatkan apa yang dipelajari sebagai keuntungan kita, selalu proaktif, dan bersandar pada kehidupan. Sedangkan tipe paasif merupakan kebalikkan dari tipe aktif. Hal ini bisa dibilang merupakan hal yang negatif, karena seorang anak tidak melihat kesempatan belajar yang ada, selalu mengabaikan peluang berkembang dari apa yang dipelajarinya, reaktif, dan menarik diri dari kehidupan.
Oleh sebab itu, ada baiknya mengenai betapa pentingnya manfaat belajar harus disampaikan kepada peserta didik sehingga siswa tahu apa saja hal-hal positif yang ia peroleh dari belajar. Dan juga agar siswa nantinya meningkatkan kemampuan belajarnya untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, sehingga akan timbul pilihan hidup yang lebih banyak, maka akhirnya akan timbul rasa percaya diri yang menjadi kekuatan pribadinya. Untuk menciptakan rasa percaya diri tersebut dapat dilakukan dengan cara yang sangat mudah, yaitu setiap selesai atau berhasil mengerjakan suatu tugas, kita bisa merayakannya. Karena perayaan memberikan perasaan keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri, dan motivasi untuk langkah berikutnya.
Selain faktor internal tersebut, faktor eksternal sangat diperlukan guna menunjang motivasi belajar seorang siswa.[5] Dalam hal ini penataan ruang belajar sangat berpengaruh kenyamanan belajar siswa. Penataan lingkungan belajar meliputi perabotan, pencahayaan, musik, alat bantu visual, penempatan, temperature, tanaman, kenyamanan yang diciptakan oleh siswa maupun guru, dan suasana hati yang timbul dari semuanya itu. Kondisi belajar yang menyenangkan dapat juga dilakukan di rumah. Misalnya belajar sambil mendengarkan musik. Keuntungan yang diperoleh dari hal ini yaitu denyut nadi dan tekanan darah menjadi turun dan gelombang otak menjadi lambat sehingga kita akan merasa tenang dan rileks.
Mudah saja menemukan gaya belajar yang kita miliki, karena cara belajar yang kita miliki merupakan gabungan dari cara kita menyerap informasi, cara mengatur informasi, dan cara mengolah informasi yang kita dapat. Jika belajar dilakukan dengan bergantung pada kecerdasan anak, maka akan dapat dikelompokkan modalitas belajar, diantaranya yaitu dengan cara melihat (visual), dengan cara mendengar (auditorial), dan dengan cara melalui gerakan (kinestetik). Atau ada cara belajar terbaru yang saat ini sudah diaplikasikan oleh berbagai kalangan yaitu yang biasa kita kenal dengan sebutan mind-mapping (peta pikiran).[6] Banyak manfaat dari mind-mapping ini, salah satu diantaranya yaitu dapat mempermudah dan meringkas materi yang banyak muatannya.

  1. Prinsip-Prinsip Dalam Quantum Learning
Quantum Learning Model memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip ini dianggap sebagai chord dasar dari simfoni belajar seorang guru. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dan kertas yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran guru, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b. Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan guru mempunyai tujuan.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama-nama untuk apa yang mereka pelajari.
d. Akui setiap usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah itu. Mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Perayaan adalah sarapan pelajar sang juara. Perayaan hádala umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan assosiasi emosi positif dengan belajar.
Konsep kunci dalam Quantum Learning dari berbagai teori dan strategi belajar yang digunakan antara lain:
a. Teori otak kanan kiri
b. Teori otak triune (3 in 1)
c. Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik)
d. Teori kecerdasan ganda
e. Pendidikan holistic (menyeluruh)
f. Belajar berdasarkan pengalaman
g. Belajar dengan simbol (metaphoric learning)
h. Simulasi / permainan
i.Peta Pikiran (mind mapping)
Unsur-unsur Quantum Learning Model
Quantum Learning Model hampir sama dengan sebuah simfoni. Unsur-unsur dalam Quantum Learning Model terdapat dalam 2 kategori, yaitu konteks dan isi. Guru sebagai konduktor dari siswa-siswa yang sedang belajar, harus mengubah banyak bagian. Bagian konteks meliputi pengubahan suasana, landasan, lingkungan da rancangan belajar. Sedangkan bagian isi meliputi pengubahan penyajian informasi/materi, fasilitas, ketrampilan belajar untuk b elajar, dan ketrampilan hidup.
Prinsip suggestolog
Hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang.
Dalam pembelajaran Quantum Learning ada 5 ciri spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu informasi yang diberikan. Ciri-ciri tersebut adalah:
* Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui
* Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan
* Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri
* Learning To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan

  1. Kelebihan Dan Kelemahan` Quantum Learning
1.      Kelebihan.
Pembelajaran kuantum menekankan perkembangan akademis dan keterampilan. Dari sebuah pengalaman yang diselenggarakan oleh Learning Forum di Supercamp yang mempraktekkan pembelajaran kuantum ternyata murid-muridnya mendapat nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga pada diri mereka sendiri. Dalam pendekatan pembelajaran kuantum, pendidik mampu menyatu dan membaur pada dunia peserta didik sehingga pendidik bisa lebih memahami peserta didik dan ini menjadi modal utama yang luar biasa untuk mewujudkan metode yang lebih efektif yaitu metode belajar-mengajar yang lebih menyenangkan.
Model pembelajarannyapun lebih santai dan menyenangkan karena ketika belajar sambil diiringi musik. Hal ini untuk mendukung proses belajar karena musik akan bisa meningkatkan kinerja otak sehingga diasumsikan bahwa belajar dengan diiringi musik akan mewujudkan suasana yang lebih menenangkan dan materi yang disampaikan lebih mudah diterima.
Penyajian materi pelajarannya yang secara alami merupakan proses belajar yang paling baik yaitu terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari sehingga siswa berada pada zona nyaman untuk kemudian sedikit demi sedikit keluar dari zona nyaman untuk melakukan penjelajahan yang sesungguhnya yaitu kegiatan belajar itu sendiri.
Pada pembelajaran kuantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah siswa. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar siswa dapat belajar secara mudah dan alami. Semua itu adalah bertujuan untuk melejitkan prestasi siswa.
Quantum learning sebagai salah satu metode belajar dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar metode Quantum Learning dengan teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa.[7]

2.      Kelemahan
a.       Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.
b.      Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
c.       Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.

E. Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
c.  Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d.  Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
e.  Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam bentuk simbol atau asosiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih banyak disajikan dalarn bentuk gambar, diagram, flow atau simbol.
f.  Kunci menuju kesuksesan model quantum learning adalah latar belakang (background) musik klasik atau instrumental yang telah terbukti memberikan pengaruh positip dalarn proses pembelajaran. Musik klasik dari Mozart, bach, Bethoven, dan Vivaldi dapat meningkatkan kemampuan mengingat, mengurangi stress, meredakan ketegangan, meingkatkan energi dan membesarkan daya ingat. Musik menjadikan orang lebih cerdas (Jeannete Vos)
g..  Penggunaan Warna dalam model quantum learning dapat meningkatkan daya tangkap dan ingat sebanyak 78%
h.  Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuat belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa)
i.  Sistim penilaian yang disarankan untuk abad 21 dalam pembelajaran adalah 50% penilaian diri sendiri, 30% penilaian teman, 20% penilaian trainer atau atasan (Jeannette Vos)
j.  Umpan balik yang positif akan mampu memotivasi anak untuk berprestasi namun umpan balik negative akan membuat anak menjadi frustasi. Ini berdasar hasil riset pakar masalah kepercayaan diri, Jack Carfiled pada tahun 1982. 100 anak ditunjuk oleh periset selam sehari. Hasilnya, bahwa setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negative dan hanya 75 komentar positif.



  1. Penutup
Menurut saya dari sekian banyak pendekatan yang ada beserta model-modelnya,tidak ada satupun yang paling baik ataupun paling ideal untuk digunakan. Kembali lagi pada situasi dan kondisi bagaimana siswa tsb, keadaan sekolahnya dan aspek-aspek lain yang mempngaruhinya.Tidak bisa kita memvonis langsung mana model dan pendekatan yang paling baik sebelum memperhatikan aspek2 di atas. Terlebih lagi dalam kenyataan membutuhkan banyak kombinasi-kombinasi dari model atau pendekatan yang akan digunakan. Satu sama lain saling mempengaruhi tentunya.
Quantum Learning merupakan metoda pengajaran maupun pelatihan yang menggunakan metodologi berdasarkan teori‑teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro Linguistic Programming atau NLP (Grinder & Bandler), Experential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson & Johnson) dan Elements of Effective Instruction (Hunter) menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan dan kompatibel dengan cara bekerja otak yang mampu meningkatkan kemampuan dan kecepatan belajar. Percepatan belajar (accelerated learning) dikembangkan untuk menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, modalitas belajar serta keterlibatan aktif dari peserta.
Untuk meningkatkan percepatan belajar dan efisiensi waktu dan melejitkan prestasi belajar tidak ada salahnya di lembaga-lembaga pendidikan perlu mengembangkan metode belajar dengan konsep Quantum Learning.





[1] Ahmad dan Joko, , Model Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,.1997), hlm.27.

[2] Bobbi Porter. De dan Mike Hernacki. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan,.(Bandung: Kaifa, 2003), hlm.16.
[3] Gordon.. Dryden.  Revolusi Cara Belajar : The Learning Revolution Bagian I, (Bandung. Kaifa, 2003), hlm.26.
[4] Iwan. Sugiarto. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik dan Kreatif. (Jakarta Gramedia Pustaka Utama: 2004), hlm 30.

[5] Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 24.
[6] Tony Buzan. dan Barry.. Memahami Peta Pikiran : The Mind Map Book. (Batam: Interaksa: 2004), hlm 56.

[7] Tony Buzan, Mind Map: Untuk Meningkatkan Kreativitas, .(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm.35.